Jumat, 01 Juni 2012

Pemerintah Ethiopia berusaha mengubah ajaran Islam sesuai kehendak mereka


ADDIS ABABA
Protes di Masjid-masjid di Ethiopia telah memasuki bulan ke enam ketika kaum Muslimin di sana keberatan dengan apa yang mereka lihat sebagai campur tangan pemerintah Ethiopia dalam urusan mereka.
Sejak Desember, jamaah sholat Jum'at telah mengkritik upaya negara yang memaksakan al Ahbash, sebuah sekte moderat Islam ke dalam komunitas melalui Dewan Urusan Islam yang tidak representatif.

Gerakan protes di kebanyakan kota besar di mana sekitar 30 sampai 40 juta Muslim-populasi terbesar ketiga di Ethiopia-hidup dan memenuhi Masjid-masjid yang ada.
Pemerintah mencoba mendominasi pengaruh Masjid untuk mendapatkan kontrol politik yang lebih luas di negara itu, ujar pengamat politik Jawar Mohammad.  Untuk memperkuat dukungan dari Barat, mereka bermain dalam hal itu-diketahui bahwa Ethiopia merupakan negara yang paling diandalkan oleh negara-negara Barat dalam perang melawan Al Qaeda di Afrika di mana negara ini berbatasan dengan Somalia.
"Ini adalah intervensi yang tidak perlu, tidak bijaksana dan tidak tepat waktu yang akan memiliki dampak berat baik untuk rezim saat ini dan juga bagi negara dalam jangka panjang, kecuali pemerintah membalikkan pendekatan untuk saat ini," lanjut Jawar.
Insiden paling serius terjadi pada 27 April lalu di tenggara kota Asasa di wilayah Oromia, ketika empat orang tewas dalam bentrokan setelah polisi menangkap seorang ulama yang bekhutbah di Masjid.  Pemerintah mengatakan ia telah berusaha menghasut untuk terjun ke medan Jihad.  Sebelumnya pada April, Perdana Menteri rezim Ethiopia, Meles Zenawi mengatakan kepada parlemen bahwa sel Al Qaeda telah beroperasi di daaerah tersebut, sementara pada awal Mei, pemerintah mengumumkan mendeportasi dua orang Arab dari negara itu dengan tuduhan mencoba menghasut "kekerasan" di luar Masjid terbesar di Addis Ababa.
Poin yang paling menonjol dalam sengketa ini adalah ketika sekolah Misi Awalia yang berada di pinggiran ibukota, di mana 50 guru bahasa Arab dipecat melalui surat oleh pemimpin dewan Islam, yang mengarah ke eskalasi protes terhadap legitimasi para pemimpin.
Pemerintah juga telah memperketat keamanan di Masjid-masjid-sulit bagi jurnalis asing melaporkan dari orang-orang sekitar tanpa campur tangan polisi.  Kementerian Urusan Federal baru-baru ini menuduh pendemo menjadi "ekstrimis", terlibat dalam kekerasan dan bekerjasama dengan pasukan asing untuk menghasut Jihad.
Tumbuhnya "radikalisme"?
Pemerintah Ethiopia baru-baru ini mengklaim bahwa "radikalisasi" berkembang di Ethiopia, Masjid-masjid dijadikan oleh ulama untuk berkhutbah mengajak ke jalan Jihad.  ahmedin Jebel, juru bicara komite yang dipilih oleh kaum Muslimin untuk mewakili gerakan, mengatakan klaim tersebut jauh dari sasaran.  Ahmedin mengatakan pemerintah telah beresiko menciptakan "ekstrimisme" di mana sebenarnya tidak eksis dan apa yang dilakukan pemerintah dianggap sebagai serangan terhadap Islam.
"Kami takut bahwa orang akan mulai melawan, jika indoktrinasi dan kampanye fitnah terus dilakukan," ujarnya.Menurut Ahmedin, masalah muncul sepuluh bulan lalu ketika Kementrian Urusan Federal dan Dewan Islam membawa "ulama" Lebanon dari sekte al Ahbash-yang didirikan oleh Ethiopia namun populer di Lebanon-untuk memberikan pelatihan kepada 1.300 karyawan dewan di Universitas Haramaya di Ethiopia timur.
Setelah sesi pelatihan, pengajar senior Lebanon, Samir Kadi, mengucapkan terima kasih kepada Meles dan Menteri Urusan Federal Shiferaw Teklemariam dalam konferensi pers.  Menurut Ahmedin, itu membuktikan bahwa pemerintah berada di belakang kampanye.
Sejak konferensi Haramaya, dewan Islam telah memaksa 50.000 orang untuk menjalani pelatihan, yang bertujuan untuk menggabungkan ajaran dari Al Ahbash ke sekolah-sekolah agama di seluruh negara dan menyerang semua doktrin lain sebagai anti-Islam.
Jika tidak berpartisipasi maka hukuman jawabannya, para imam Masjid dan pemuda Muslim ditahan karena tidak bersedia berpartisipasi dalam pelatihan.  Masyarakat mengungkapkan bahwa AS juga terlibat dalam kampanye ini dengan menawarkan uang saku hingga 500 birr (28 USD) untuk peserta.
Ahmedin mengatakan sekte al Ahbash asing bagi Muslim Ethipia dan beberapa doktrin al Ahbash tidak bisa diterima oleh banyak Muslim Ethiopia.  Misalnya membolehkan seorang mukmin menerima bunga (riba) dalam transaksi dengan non-Muslim dan pencabulan dengan non-Muslim juga diterima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Leave Comments On My Blog